Tugas Cerpen saat liburan



TUGAS BAHASA INDONESIA
Kelas XII-IPA 3













Oleh :
Erissa Hanifah              (01)
Amila Maulida              (08)
Hasbi Nurmalasari       (18)
Zulfa Fadhila                 (30)
Erawati Tsuraya          (34)




MADRASAH ALIYAH NEGERI KEDIRI 3
Jl Letjen Suprapto No 58
Kediri-Jawa Timur 64124
Email 
mandiga@man3kediri.sch.id

Metamorfosis Desa Sido Asri
Angin berhembus menerpa apapun yang ada dihadapannya hingga terdengar suara ssek..ssek..klontang..klontang... Terlihatlah bungkus makanan dan kaleng-kaleng bekas yang berhamburan di jalan. “DESA SIDO ASRI” tulisan itu terpampang di pinggir jalan. Semakin masuk kedalam jalan tersebut terdengar suara anak-anak kecil yang sedang bermain petak umpet. Senang melihat betapa cerianya anak-anak tersebut, namun entah mengapa kesedihan ikut muncul. Pakaian anak-anak itu dan keadaan yang ada disana sungguh tak layak disebut sebagai sebuah tempat tinggal. Aku mengerutkan dahi, dalam batinku berkata “Benarkah ini desaku yang dulu? Desa yang asri seperti namanya”.
Beberapa menit kemudian tiba-tiba taksi yang aku naiki berhenti. Terlihat sebuah rumah yang masih apik tak jauh berubah dan tetap seperti dulu. Kenangan indah tergambar jelas diingatanku. Aku masuk kedalam rumah, kulihat coretan dinding yang kubuat dahulu, kemudian mataku tertuju pada jam dinding dan ternyata jarum jam sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB. Kurebahkan badanku karena lelah dalam perjalanan jauh, dalam batinku bergumam, “alhamdulillah lumayan rumahku sudah bersih, jika tidak entah aku bisa tidur seperti ini atau tidak”. Dirumahku ada yang bertugas membersihkan rumah ini selama aku dan orangtuaku di Singapura. Aku pindah kesini karena ayahku yang bangkrut dalam bisnisnya di Singapura jadi kami sekeluarga kembali ke kampung untuk memulai bisnis baru. Ayahku tetap mempertahankan rumah ini untuk berjaga-jaga jika beliau bangkrut. Jadi kami masih punya tempat tinggal.
Tak terasa matahari pagi sudah menyapa, waktunya bangun memulai hari pertama masuk sekolah yang baru dengan suasana yang kuharap lebih baik dari desaku. Aku berjalan kaki karena sekolahku hanya berjarak 100 meter dari rumahku. Aku berjalan dengan melihat sekelilingku, sampah yang ada dihadapanku selalu ku ambil dan kubuang pada tempatnya. Namun tidak akan pernah habis sampah yang aku buang, sungguh miris rasanya melihat ini semua. Setibanya di sekolah aku mencari kelasku. Perasaanku bercampur aduk karena aku menjadi sorotan dari semua orang. Layaknya seorang artis yang berjalan di karpet merah dengan bermacam-macam tatapan entah sinis, ejekan, ataupun terpesona. Betapa tidak? Itu semua karena hanya aku yang memakai seragam paling bersih dengan wangi parfum bunga mawar yang harum.
Sampai dikelas seorang ibu guru yang biasanya dipanggil bu Era menyuruhku untuk memperkenalkan diri. Ketika berada didepan kelas aku melihat dua anak yang selalu menatapku dengan sinis semenjak pertama kali aku masuk kesekolah ini. Kulihat papan namanya dan ternyata, “Owwh Erissa dan Hasbi.” Namun ku abaikan mereka karena aku belum mengenal mereka. Mungkin jika aku sudah mengenal mereka pastilah mereka akan baik padaku. Kemudian aku di suruh Bu Era untuk duduk di samping seorang siswi yang aku lihat mimik wajahnya datar tanpa ekspresi. Aku memperkenalkan diri padanya, “ Hai aku amila?” Dia menjawab tetap dengan wajah datar. “ Aku sudah tahu. ”Dengan wajah kegeeran aku bergumam, “ Wah aku benar-benar terkenal ya ternyata” tiba-tiba dia menyela, “ Hei aku tahu nama kamu itu karena tadi kamu baru memperkenalkan dirimu didepan kelas.” Aku menjawab dengan rasa malu, “Eh owh aku kira, aku sudah benar-benar terkenal, hehehe.” Diapun ikut meringis dan dia berkata, “Kamu lucu juga ya, oh iya aku Zulfa”.
Ditengah-tengah pelajaran aku merasa tidak nyaman sehingga membuat zulfa merasa terganggu. Bel tanda istirahat berbunyi, Zulfa bertanya, “Ada apa dengan mu?” Ku jawab, “Aku tidak nyaman dengan ini, semua lingkunganku sekarang sangat bertolak belakang dengan lingkunganku di Singapura”. Dia bertanya lagi, “Memang seperti apa di Singapura?” Lalu ku jawab,”Disana sangat bersih, indah dan asal kamu tahu disana ada larangan membuang putung rokok sembarangan, bahkan bagi orang yang membuang putung rokok sembarangan akan di kenai sanksi yaitu denda senilai 3 juta. Kemudian Zulfa juga menceritakan bahwa sebenarnya sekolah ini akan segera ditutup apabila sekolah ini tetap dalam keadaan kotor seperti ini. Itu bermula saat Bu Era mendapat undangan untuk mengikuti Lomba Kebersihan Tingkat SMA tahun lalu. Namun karena warga sekolah yang sudah tidak peduli dengan lingkungannya, tak ada persiapan apapun ketika waktunya penjurian sehingga membuat sekolah ini mendapat peringatan seperti itu.
“Baiklah aku sudah tak tahan lagi dengan semua ini.” Kataku. “Lalu apa yang akan kamu lakukan?” Aku menjawab, “Aku akan membersihkan semua sampah ini, akan kuubah sekolah ini bahkan jika perlu desa ini.” jawabku.  “Hmm , bolehkah aku membantu?” Dengan ragu-ragu Zulfa bertanya. “Emm tentu dengan senang hati.” Jawabku. Ketika aku dan Zulfa memunguti sampah di halaman sekolah tiba-tiba Bu Era datang menghampiri kami dan berkata, “Apa yang sedang kalian lakukan?” Tanya Bu Era. “Kami sedang memunguti sampah, karena kami tidak nyaman dengan kondisi sekolah yang kotor dan kumuh.” Jawab ku. Zulfa manambakan, “ Iya bu kami ingin mengubah sekolah ini bahkan jika perlu desa ini.” Aku berbisik pada Zulfa,”Bukankah itu kata-kataku?” Kami berdua tertawa kecil. “Wah Ibu sangat bangga dengan kalian.” Kata Bu Era. Zulfa menjawab, “Ah ibu bisa saja, sebenarnya itu semua tanggung jawab kitakan bu?”  Bu Era menjawab, “ Iya itu benar, itu semua tanggung jawab kita. Okelah kalau begitu bolehkah Ibu membantu?” Dengan serentak kami menjawab, “ Dengan senang hati ,Bu”.
Di sisi lain ku lihat Erissa dan Hasbi mengintip dari dalam jendela kelas, entah apa yang mereka lakukan. Setelah pulang sekolah Erissa dan Hasbi dengan raut wajah yang  jengkel tiba-tiba menghampiri ku dan Zulfa dan berkata, “Hey kalian, iya kalian berdua. Memang jago deh cari muka di hadapan Bu Era. Kalian bersih-bersih kelas, menaman bunga, dan buang sampah pada tempatnya itu cuma pura- pura kan, kalian ingin dipujikan sama guru-guru yang ada di sekolah ini?” Ejekan Erissa iri melihat Amila dan Zulfa.
Ku menjelaskan dan membenarkan apa yang mereka katakan. “Kami melakukan semua ini agar kita semua merasa nyaman saat belajar di sekolah, bukan untuk ajang mencari muka di depan siapapun.” Dengan geram Zulfa membentak mereka, ”Kalian itu emang benar-benar gak punya perasaan, kami berdua bersih-bersih supaya sekolah kita bersih dan nyaman, eh kalian malah menuduh yang enggak-enggak sama kita, apa sih yang kalian inginkan?” “Kita itu nggak suka kalau kalian cari muka di hadapan Bu Guru. Apalagi kamu tuh Mil, kamu kan anak baru disini sudah pinter banget cari muka di hadapan Bu Guru, kita paling nggak suka anak baru sok rajin dan paling berkuasa di sini.” Jawab Hasbi. “Heh kalian tahu nggak sih seharusnya kalian itu senang dan bangga punya sahabat seperti dia yang senang dengan kebersihan.” Tegas Zulfa. Dan pada akhirnya perdebatan itu menghasilkan pertengkaran antara mereka semua. Erissa kemudian berkata, ”Alah terserah kalian berkata apa tapi kalian hanya bisa cari muka di depan guru-guru, ayo Bi kita pergi saja jangan sampai kita seperti mereka.” Hasbi menjawab dengan senyumnya yang sinis, ”oke”.
Beberapa hari kemudian sejak pertengkaran itu, Erissa tidak masuk sekolah karena sakit. Lalu Erissa dibawa ke rumah sakit untuk mengetahui apa penyakitnya. Dan ternyata Erissa terserang penyakit Demam Berdarah yang diduga nyamuk tersebut berasal dari sekolahnya yang sangat kotor dan kumuh. Saat dia sakit tidak ada satupun teman yang mau menjenguknya.
Karena kasihan kepadanya, aku mengajak Zulfa untuk menjenguknya. ”Zul nanti pulang sekolah kita jenguk Erissa yuk, kasian dia gak ada yang jenguk.” Kata Amila. “Kamu itu gimana sih, kamu kan sudah dikasarin sama dia tetapi kenapa kamu tetap baik sama dia? Aku gak mau jenguk dia.” Jawab Zulfa. “Kamu tidak boleh seperti itu Zul, biarpun dia jahat sama aku tapi dia itu tetap teman kita dan asal kamu tau kejahatan tidak seharusnya di balas dengan kejahatan, mungkin dia kemarin khilaf berbuat seperti itu.” Sanggahku. “Benar kata kamu kalau kejahatan tidak boleh di balas dengan kejahatan. Iya sudah aku mau ikut jenguk dia.” Jawab Zulfa. “Nah gitu dong, itu baru sahabatku.” Kataku.
Teeet... Teeet... Teeet... Bel berbunyi menandakan waktunya pulang, aku dan Zulfa langsung bergegas menuju rumah sakit. 15 menit kemudian akhirnya kami sampai juga di rumah sakit dan mereka langsung bergegas menuju ke ruangan tempat dimana Erissa di rawat. Ketika sudah sampai di ruangannya Erissa pun kaget dan merasa malu karena ketika dia sakit tidak ada yang menjenguknya namun dua orang yang dia kasari malah menjenguknya. Setelah kejadian itu Erissa meminta maaf kepada mereka dan kemudian mereka bertiga menjadi berteman.
Setelah sembuh Erissa dan Hasbi ikut membantu Amila dan Zulfa membersihkan sekolahan sehingga membuat sekolahannya itu menjadi bersih dan indah di bandingkan sekolah lainnya. Dengan perubahan itu semua siswa ikut membantu membersihan sekolahan dan membuang sampah pada tempatnya bahkan membantu menanam bunga di halaman. Karena kebersihan dan keindahan SMA Sido Asri yang sekarang ini, sekolah tersebut tidak jadi ditutup. Bahkan sekolah yang tersohor dengan kotornya itu, kini berbanding terbalik menjadi sekolah terbersih dan nyaman se-nasional dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengumumkan bahwa SMA Sido Asri kini menjadi juara pertama Lomba Kebersihan Tingkat SMA. Bahkan sekarang Desa Sido Asri juga menjadi desa terbersih se-nasional.
Indah bukan jika kita bisa membuat lingkungan kita jadi nyaman dan bersih. Dan bukankah kita juga diajarkan bahwa kebersihan itu sebagian dari iman. Dan juga kita sebagaimanusia kita diciptakan Allah SWT sebagai khalifah di bumi untuk merawat dan menjaga bumi kita.

0 komentar:

Posting Komentar